5 Manfaat Belajar Filsafat untuk Kehidupan Sehari-hari dan Mengasah Berpikir Kritis

 

Manfaat Belajar Filsafat

Pengantar: Mengapa Filsafat Tidak Cuma untuk Akademiki?

Saat dengar kata "filsafat", beberapa orang langsung memikirkan ruangan kuliah penuh buku tebal, diskusi abstrak, atau pertanyaan sulit seperti "Apa arti kehidupan?". Filsafat kerap dipandang seperti bidang yang terlampau teoritis dan jauh dari realita. Walau sebenarnya, bila dijelajahi lebih dalam, filsafat malah menjadi dasar untuk langkah kita memahami dunia, memutuskan, serta menghadapi permasalahan setiap hari.

Belajar filsafat bukan hanya mengajari kita untuk berpikir, tapi juga bagaimana berpikir dengan kritis dan sistematis. Di tengah-tengah zaman informasi yang dipenuhi hoax, opini bias, dan narasi sepihak, kemampuan berpikir kritis menjadi ketrampilan penting. Artikel berikut akan membahas manfaat belajar filsafat untuk kehidupan praktis dan pengembangan diri, terutama dalam kerangka tingkatkan kekuatan berpikiran kritis.

Apa Itu Filsafat dan Kenapa Dia Relevan?

Saat sebelum masuk ke dalam manfaatnya, silahkan ketahui dahulu apa itu filsafat. Secara harfiah, filsafat asal dari bahasa Yunani: philosophia (cinta akan kebijakan). Filsafat ialah study mengenai pertanyaan fundamental seperti keberadaan, pengetahuan, nilai-nilai, akal, dan realita.

Berlainan dengan ilmu pengetahuan yang konsentrasi pada "bagaimana" (how), filsafat menanyakan "mengapa" (why). Contohnya:

  • Pengetahuan psikologi pelajari bagaimana manusia berperilaku, dan filsafat menanyakan mengapa manusia mempunyai kesadaran.
  • Sains menjelaskan bagaimana semesta alam tercipta, filsafat mengeksplorasi apa yang membuat suatu hal "ada".

Walau berkesan abstrak, beberapa pertanyaan filosofis berikut yang melatih otak kita untuk menelusuri asumsi, menganalisa argument, dan temukan kejelasan dalam kompleksitas.

Manfaat Belajar Filsafat untuk Kehidupan Setiap hari

1. Mengasah Kekuatan Berpikiran Kritis

Berpikiran kritis ialah kemampuan untuk menganalisa informasi secara obyektif, mengevaluasi bukti, dan mengambil keputusan rasional. Filsafat mengajari ini lewat:

  • Metode Sokratik: Teknik menanyakan dengan tanpa henti untuk mengeruk kebenaran dan mengungkap kontradiksi. Contoh: Ketika berada orang mengatakan "Semua manusia egois", filsuf akan menanyakan, "Apa definisi egois? Adakah perlakuan manusia yang betul-betul tanpa maksud tertentu?"
  • Analitis Argument: Filsafat melatih kita untuk membandingkan di antara argument yang rasional dan keliru. Contohnya, mengenal logical fallacies seperti ad hominem (serang individu, bukan argument) atau straw man (mendistorsi pendapat lawan).

Ketrampilan ini benar-benar bermanfaat di era teknologi, di mana kita ditempatkan pada banjir informasi. Dengan berpikiran kritis, kita dapat memisah mana informasi benar, yang mana manipulatif.

2. Membantu Menemukan Arti dan Tujuan Hidup

Satu diantara pertanyaan filsafat yang terpopuler ialah: "Apa tujuan hidup kita?". Walau tidak ada jawaban mutlak, proses mencerminkan pertanyaan ini membantu kita:

  • Menata fokus hidup.
  • Pahami beberapa nilai yang kita pegang (contoh: kejujuran, keadilan, kebahagiaan).
  • Hadapi kritis eksistensial lebih tenang.

Filsuf seperti Viktor Frankl (penulis Man's Search for Meaning) bahkan juga menunjukkan jika temukan arti hidup bisa menjadi sumber ketahanan mental pada kondisi terjelek sekalinya.

3. Meningkatkan Kemampuan Problem-Solving

Filsafat mengajari kita untuk memecahkan permasalahan kompleks menjadi beberapa bagian kecil, lalu menganalisanya satu demi satu. Ini ialah pokok dari berpikiran sistematis. Contoh aplikasinya:

  • Waktu menghadapi perselisihan pada tempat kerja, filsafat mengajak kita untuk melihat akar permasalahan (contoh: perbedaan nilai, miskomunikasi) alih-alih sekedar bereaksi emosional.
  • Dalam proses pengambilan keputusan, kita belajar pertimbangkan resiko jangka panjang (prinsip utilitarianisme) atau prinsip moral (deontologi).

4. Meningkatkan Empati dan Pengetahuan pada Berbagai ragam Sudut pandang

Filsafat bukan hanya mengenai mencari jawaban "benar", tapi juga pahami kenapa orang mempunyai pandangan berlainan. Tiap aliran filsafat (eksistensialisme, stoisisme, feminisme, dan lain-lain.) menggambarkan langkah unik dalam menyaksikan dunia.

Dengan pelajari beragam pemikiran, kita jadi lebih terbuka pada ketidaksamaan. Ini benar-benar berkaitan dalam masyarakat multikultural, di mana kekuatan memahami pemikiran seseorang bisa kurangi perselisihan.

5. Mengelola Stres dan Emosi dengan Lebih Baik

Aliran filsafat seperti Stoisisme (ajaran Epictetus atau Marcus Aurelius) mengutamakan pada mengontrol apa yang dapat kita kendalikan dan terima apa yang tidak dapat diubah. Konsep ini serupa secara therapy psikologi modern seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy).

Contoh aplikasinya:

  • Waktu hadapi ketidakberhasilan, bukannya mempersalahkan diri kita, seorang pengikut stoisisme akan konsentrasi pada evaluasi proses dan ambil hikmah.
  • Melatih diri untuk membandingkan di antara "realita" dan "interpretasi kita pada realita".
  • Bagaimana Filsafat Membuat Kemampuan Berpikiran Kritis?

Berpikir kritis ialah dari hasil rutinitas mengajukan pertanyaan fundamental, menantang anggapan, dan berpikiran dengan terstruktur. Berikut contoh nyata keterikatan filsafat dengan kemampuan ini:

a. Membongkar Anggapan Tersembunyi

Tiap keputusan atau kepercayaan kita kerap dilandasi oleh anggapan yang tidak disadari. Contohnya:

  • "Kaya ialah kunci kebahagiaan" → Anggapan di baliknya: kebahagiaan tergantung pada faktor external.
  • "Semuanya orang harus menikah saat sebelum umur 30" → Anggapan: umur tentukan persiapan jalani komitmen.

Filsafat melatih kita untuk mengenali asumsi-asumsi ini dan menilai validitasnya.

b. Memakai Logika dalam Berdiskusi

Filsafat mengajari susunan argument yang solid:

  • Premis: Dasar argument (Contoh: "Semua manusia akan mati. ")
  • Kesimpulan: Hasil rasional dari premis ("Saya ialah manusia, karena itu saya akan mati. ")

Dengan pahami susunan ini, kita dapat menghindar dari kekeliruan logika dan membuat argument lebih persuasif.

c. Berpikir Konseptual

Filsafat menggerakkan kita untuk menyaksikan skema dan jalinan di antara ide-ide yang terlihat tidak berkaitan. Contohnya, ide "kebebasan" dalam politik dapat dikaitkan "tanggung-jawab" dalam etika. Kemampuan ini bermanfaat dalam pengembangan dan taktik usaha.

Study Kasus: Tokoh-Tokoh Sukses yang Memakai Filsafat

  • Nelson Mandela: Perjuangannya melawan apartheid di Afrika Selatan dipengaruhi oleh konsep keadilan sosial dan humanisme.
  • Elon Musk: Pendiri SpaceX dan Tesla kerap kali mengarah pada metode first principles thinking (membedah permasalahan sampai ke fondasi paling dasar), yang disebut teknik filosofis peninggalan Aristoteles.
  • Malala Yousafzai: Aktivis pendidikan ini mengutip filsuf feminis dalam perjuangkan hak wanita untuk belajar.

Langkah Mengawali Belajar Filsafat untuk Pemula

Untuk yang tertarik pelajari filsafat, berikut panduan sederhana:

  • Baca Buku Pengantar: The Philosophy Book (DK Publishing) atau Sophie's World (Jostein Gaarder) sesuai untuk pemula.
  • Mengikuti Kelas Online: Situs seperti Coursera atau edX tawarkan pelatihan filsafat gratis dari kampus terkenal.
  • Gabung dengan Komunitas Dialog: Mencari group filsafat di sosial media atau komunitas seperti Reddit (/r/philosophy).
  • Praktikkan dalam Kehidupan Setiap hari: Mulai dengan merefleksikan keputusan Anda memakai pertanyaan misalnya:
    • "Apa alasan saya yakin ini betul?"
    • "Apa resiko jangka panjang dari opsi ini?"

Kritikan pada Filsafat: Apa Dia Betul-Benar Bermanfaat?

Sebagian orang berpendapat jika filsafat terlampau abstrak dan tidak hasilkan jalan keluar praktis. Tetapi, jawaban atas kritikan ini malah ada pada sejarah:

  • Filsafat ialah akar dari ilmu pengetahuan modern. Isaac Newton menyebutkan karyanya sebagai "filsafat alam".
  • Konsep seperti demokrasi, HAM, dan keadilan sosial lahir dari diskusi filosofis.

Filsafat tidak selamanya memberikan jawaban, tapi dia mengajari kita untuk hidup dengan pertanyaan dan masih tetap berpikir terbuka.

Kesimpulan: Filsafat ialah Senjata untuk Menghadapi Dunia yang Kompleks

Belajar filsafat tidak cuma untuk akademiki atau pemikir, tapi untuk siapa pun yang ingin hidup lebih sadar dan memiliki makna. Dengan latih kemampuan berpikiran kritis, kita dapat jadi lebih kuat dalam hadapi permasalahan, lebih empatik pada perbedaan, serta lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Di tengah-tengah dunia yang makin cepat dan penuh distraksi, filsafat ajak kita untuk stop sesaat, bertanya, dan merenung. Seperti kata Socrates: "Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak dijalani."